Narrative
Sang beruk dan perahu lempang
Orientation :
Suatu
hari , tidak seperti biasanya uwak penggawe pulang lebi cepat kebun lepang nya
yang terletak di tunggangselikan diseberang sungai enim.
Sepulang uwak penggawe, datangka seekor yang
teramat besar , rajanya beruk diwilayah itu. Rupanya beruk itu memang telah
lama berdiri dipinggir kebun untuk menunggu uwak penggawe pulang dari kebunnya.
Setela dipastikan uwak penggawe telah jauh maka beruk itu segera masuk kekebun
lepang uwak penggawe. Sambil melirik kesana-kemari beruk itu segera memetik bua
lepang yang terhampar dihadapannya dan dengan rakus melaap buah itu.
Saat sedang asik melahap curian itu tiba-tiba
sang beruk dikejutkan oleh kedatangan dua ekor burung perkutut dan seekornya lagi adalah burung
tekukur.
“weleh….weleh…hei sobat tekukur, rupanya kita
telah kedahuluan oleh sang beruk,” sindir perkutut.
“hee..ehh…” timpal sang terkukur seraya
mengagukan kepala.
Mendapat sindiran demikian rupa sang
beruk segera angkat bicara.
“wahai perkutut dan terkutut, mengapa
gerangan kalian berani dating ke sini eh,” hardiknya sambil berkacak pinggang
dan mata mendelik kea rah kedua burung itu.
Karena ketakutan dibentak oleh beruk, tak
urung membuat kedua burung itu ciut nyalinya dan bermaksud segera hengkang dari
tempat sial itu, namun dicegah oleh sang beruk.
“eit..eit…mau kemana kalian ah? Jangan
buru-buru minggat sobat, sekalipun pertanyaanku tadi belum sempat kalian jawab namun aku sudah
tahu apa yang ada dibenak kalian, kalian ingin menikmati juga, bukan?” Tanya
beruk sambil mengacungkan sisa buah lempang yang ada ditangannya.
“ah, sang beruk tahu saja..,” jawab kedua
burung itu tersipu malu.
“baiklah mari bergabung kemari” ajak beruk
kepada kedua burung itu.
Merasa mendapat
angin kedua burung itu pun mendekat keara beruk dengan langkah yang hati-hati
jangan-jangan ini siasat beruk untuk mencelakakan diri mereka, piker kedua
burung itu cemas, sebab mereka sadar
betul akan keculasan sang beruk.
Namun tidaklah demikian terjadi ,
kenyataannya snag beruk amat senang mendapatkan teman mencuri kenyataannya sang
Beruk amat senang mendapat teman mencuri. Merekapun berpesta pora menikmati
buah Lepang sarnbil bersendau gurau. Sekali-kali terdengar benyolan sang Beruk
yang pandai membual, sejenak mereka kembali diam menikmati buah lepang yang
lezat.
Ketika menikmati buah Lepang curian itu
terlintas pemikiran sang Beruk untuk berlayar menyusuti keindahan paorama
sungai Enim yang asri. Tiba-tiba berseru kepada kedua sahabatnya.
COMPLICATION :
"Hai sahabatku Tekukur dan Perkutut,
aku ada rencana besar kalau kalian mau, kalian boleh ikut” Kata sang Beruk sengaja merahasiakan terlebih
dahulu rencananya itu.
"Kalau boleh kami tahu rencana
apakah itu wahai sahabatku Beruk?". Tanya Perkutut penasaran yang diiyakan
oleh sang Tekukur.
"Begini...", jawab sang Beruk
seraya menjelaskan rencana tersebut yang tenfu saja disetujui oleh kedua burung
itu.
"Tapi....., dengan perahu manalah
kita akan berlayar?", tanya Tekukur yang belum mengerti dengan penjelasan
sang Beruk.
"Tenang kita akan berlayar dengan
perahu yang kita buat sendiri bersama-sama dari buah Lepang ini", Jawab
sang Beruk menambahkan.
“Oh.. baiklah kalau begitu", kedua
burung itu terangah takjub atas ide sang Beruk.
Setelah menemukan buah Lepang yang
ukurannya sangat besar. Ketiga sahabat itu segera bergotong-royong mengeruk isi
buah Lepang itu hingga hanya tersisa kulit kerasnya saja menjadi sebuah perahu.
Mereka bekerja keras dan saling bahu membahu tanpa merasa lelah sedikitpun
masing-masing mempunyai tugas tersendiri Perkakas yang mereka pergunakan
terdiri dari paruh yang tajam dan kuat bagi Perkutut dan sang Tekukur. Sedangkan
perkakas yang dipergunakan oleh sang Beruk adalah krlku dan grgi yang runcing
lagi kokoh. Apabila buah lrepang yang besar itu harus dibalikkan sang Beruk
yang memiliki tenaga yang besar siap untuk melakukan, yang memang tak mungkin
untuk dilakukan oleh kedua burung itu.
Tak terasa selesai sudah mereka
mengerjakan pembuatan perahu dari kulit Lepang tersebut, berkat kerjasama dan
saling gotong-royong sepertinya pekerjaan itu begitu tingannya, padahal sekujur
tubuh mereka telah basah oleh keringat yang menandakan kalau pekerjaan yang
mereka lakukan bukanlah pekerjaan yang sepele.
Setelah istirahat sejenak melapas penat,
berkatalah sang Beruk pada sahabatnya.
“nah, perahu kita telah selesai, sekarang
kita siap berangkat dan sebelumnya kita masih harus mendorong perahu ini
ketepian sungai untuk dapat kita pakai berlayar", ajak sang Beruk kepada
kedua sahabatnya itu. Lalu bersama-sama mereka mendorong perahu itu untuk
diluncurkan ke sungai.
“Perahu telah siap berlayar, sekarang
siapa yaflg mendapat giliran untuk mengemudikannya?", tanya sang Beruk
sambil menatap muka sahabahya satu persatu ketika perahu itutelah sampai di
sungai
“Menurutku
berhubung Saudaraku Beruk paling kuat diantara kita, maka Beruk lah yang paling
tepato”, jawab sang Perkutut polos. Mendengar jawaban
sang Perkutut kecewalah sang Beruk dan dia pun sedikit marah.
"Wahai Perkutut, bukanlah ide
pembuatan perahu ini dari aku dan wajar saja kalau sedikit bersenang-senang
dengan hanya menjadi penumpang pada pelayaran ini ?", elaknya sedikit
angkuh. Perkutut dan Tekukur saling pandang satu sama lain seraya mengakat
kedua bahunya, pertanda mereka mau tak mau harus menyerah kalah pada sang Beruk
yang mau menang sendiri itu.
"Baiklah... berhubung badanku lebih
besar dari saudaraku Perkutut, maka aku putuskan aku yang bertugas
mendayung", jawab sang Tekukur mengalah. Sementara sang Beruk yang telah
duduk lebih dahulu diperahu tersenyum.
Setelah berdebat begitu panjang akhirnya Tekukur mengambil inisiatif
untuk memulai pelayaran itu. Segera
disambarnya dayung dan melompat keatas perahu lalu perlahan mulai mengayuh
sampan yang terbuat dari kulit Lepang curian tersebut. Setelah perahu bergerak
kehilir bukan main senangnya hari sang Beruk.
"Hore kita berlayar... kita
berlayar... ", teriaknya tak henti-hentinya.
Di sepanjang pelayaran itu mereka
senantiasa bersenda gurau dan sekali-kali terdengar mereka bernyanyi diringi
oleh orkestra dari suara burung-burung yang bersahutan dipinggir kali serta
gemericik suara air. Tidak terasa perahu mereka telah cukup jauh meninggalkan
kebun Uwak Penggawe dihulu sungai.
Tidak pula terasa dayung yang telah
dikayuhkan oleh sang Perkutut telah membawa perahu Lepang mereka memasuki
Pangkalan Tunggang Terap. Di kejauhan telah nampak oleh mereka banyak anak-anak
bermain disela-sela bebatuan diantara ibu-ibu yang tengah mencuci pakaian di
sungai itu.
Mengetahui ada perahu dan penumpang yang
aneh mendekati mereka, anak-anak itu segera berhenti bermain dan salah seorang
dari mereka ada yang berteriak.
"De-eng perahu Lepang, didepan duduk
Perkutut. Dibelakang duduk Tekukur dan ditengah duduk cecaguk Luk Behulf',
sehabis bocah itu berseru yang lainnya ikut tertawa terpingkal-pingkal.
Diolok-olok begitu rupanya panaslah
telinga sang Beruk, lalu pindahlah sang Beruk duduk didepan menggantikan
Perkutut. Dibelakang perahu sang Tekukur tersenyum simpul menahan geli
sedangkan sang Perkutut menurut saja kemauan sang Beruk dan mereka terus
berlayar ke hilir.
Setelah berlayar beberapa saat lamanya
tampak didepan mereka Pangkalan Galang. Sama seperti pangkalan sebelumnya di
Pangkalan Galang itupun ramai sekali anak-anak kecil sedang bermain air sambil
menunggu ibu mereka mencuc, Ketika perahu mereka tiba didekat anak-anak itu,
kembali salah seofiulg dari mereka berseru.
"De-eng, perahu Lepang, di Buri
Telcukur ditengah Perkutut dan di luan tecaguk luk Beruk”, katanya disambut
gelak tawa yang lain.
"Aduh... sobat, aku tidak mau lagi
duduk didepan, masak aku dibilang seperti Beruk", Umpat sang Beruk kesal
lalu kembali mirrta pindah tempt duduk.
"Mau pindah kemana lagi sobat...,
kalau pindah kebelakang berarti harus mendayung perahu ini lagi", terang
sang Tekukur
"Masa bodoh
yang penting aku duduk dibelakang dan tidak ada lagi orang yang akan mencemoohkan diriku", tukas sang Beruk
kesal.
Kalau begitu sang Tekukur mestimengalah,
kalau tidak sang Beruk kasar itu pasti akan marah. Dari pada ribut dengan sang
Beruk lebih baik mengalah, Pikir sang Tekukut. Dan bukankah bila sang Beruk
mendalung perahu? pikir Tekukur lega dan
kini ia dapat beristirahat menikmati pelayaran mengasyikkan itu.
“Wah..., enak juga ya.. menjadi penumpang
peratru", sindir sang Tekukur sambil melirik sang Beruk yang terpaksa
mendayung. Sementara melihat Tekukur
melirik dirinya sang Beruk memalingkan mukanya.
"Awaas... !!, didepan ada tunggang
yang cukup deras, hati-hati !!!", tiba-tiba Perkutut berteriak
memperingatkan bahwa di hilir ada arus yang cukup deras dengan bebatuan yang
bermuculan di permukaan air.
Huup..., perahu sedikit oleng, akan
tetapi dapat oleh Sang Beruk ketika melewatr tunggang itu.
Belum sempat hilang rasa cemas akibat
melewati tunggang yang berbahaya tadi, kini Sang beruk mesti cemas kembali,
sebab matanya telah melihat dari kejauhan samar-samar seperti banyak bocah
sedang bermain dipinggir sungai.
" Ya Tuhan, alangkah ramainya
sungai dlsore hari ini", guman Sang Beruk. lirih. Memang saat itu hari
menjelang sore saat perempuan desa beserta anak mereka pergi mandi dan mencuci
ke sungai.
Saat
mendekati tempat mandian anak-anak itu, SangBeruk segera berhenti mengayuh
perahu lantas menutupimukanya dengan kedua tangan. berharap anak-anak itutidak
'sampai melihat muka beruknya. Akan tetapi apayang terjadi, salah satu dari
bocah-bocah itu ada yanglebih dahulu melihat muka Sang Beruk.
"
Deeng, perahu Lepang, di depan dudukperkutut, ditengah duduk Tekukur dan dibelakang duduk tercaguk Beruk.", seru seorang
anak seraya tertawa terpingkalpingkalbersama anak-anak yang lain.
"
Aduh..., kurang ajar, masak aku dibilang Berukterus sih?, kalian lagi,
ikut-ikutan menertawai akujuga...", sambil menuding kedua burung
sahabatnya ituyang telah latah ikut-ikutan bocah-bocah itumentertawakan
dirinya.
Beruk
itu kalap, lalu mencabik-cabik perahu Lepangdengan kuku-kukunya yang runcing
lagi tajam, sehinggaperahu itu terkoyak-koyak dan bocor lalu perlahantenggelam.
Menyaksikan perahu mulai dimasuki airsecepat kilat burung penumpang perahu mengepakkansayapnya
terbang meninggalkan Sang Beruk yang sedangberingas hingga merusak perahu itu.
Begitu
menyadari bahwa perahu mereka telah rusakberat bahkan sebentar lagi akan
tenggelan. parriklah SangBeruk, sementara ia sendiri tidak mampu berenang.Untung
Tuhan masih berbaik hati padanya, sebab tidak jauh di hilir Beruk berada, nampak
sebongkah Lugur yangbesar menonjol diatas permukaan air. Dengan susah payahdiraihnya
Lugur itu oleh Sang Beruk. Untuk beberapa saatia terkulai lemas diatas
bongkahan Lugur itu, kepalaberkunang-kunang lalu beberapa lamanya tidaksadarkandiri.
ENDING /
RESOLUSION :
Ketika
tersadar. ia segera mengucapkan puji syukurkepada Tuhan, sebab kalau bukan atas
pertolongan Tuhansemesta alam mungkin dirinya telah mati ditelan olehikan tapah atau sebangsa hantu air yang
bernama duguk.Pikir
Sang Beruk menyesal dia pun menyadari akandirinya yang sangat rakus ilan penuh
dengan tipu daya itu
Kesimpulan
:
Cerita ini merupakan dongeng tentang binatangyang mengisahkan betapa liciknya akan seekor beruk yangmau enak dan menang sendiri.
Tapi untunglah sangberukakhirnyamenyadaribahwaperbuatannyasendiriakan dapat mencelakai dirinyasendiri.
Narrative
The Monkey and The Lempang Boat
Orientation :
One day, unlike the usual
day, uwak penggawe went home earliner from is lepang garden located in tunggang
selikan across te enim river.
Wen uwak penggawe had arrived ome, a
very big mongkey, te king of monkey in that area. Actually the monkey ad been
waiting at the side of garden, to wait for uwak penggawe coming ome from is
garden. After he was sure that uwak
penggawe had gone away, the monkey went into uwak penggawe wes lepang garden.
While glacing everywhere the monkey picked lepang fruits in front of him and
ate them greedily.
When hes was busy eating
the stole fuirts. Suddenly, he was surpised by two birds. The were a small
turtledove and a big turtledove.
“hi..turtledove mu buddy, the monkey
has come first,” teased the turtledove.
“right,” answered the large turtledove
while nodding his head.
Getting teased like that, the monkey
then spoke.
“ hi turtledoves, why do you care to come
here?” he yelled and stared at the two
birds.
Because they were afraid to be yelled by the
monkey, they planned to run away, but
finally they joined the monkey to eat the lepang fruits.
While enjoying the delicious lepang fruits,
the monkey had a plan to sail along enjoying the beautiful panorama of enim
river.
COMPLICATION :
“Hi my friends, a
small turtledove and a big turtledove. I have big idea, do
you know what my idea?” said monkey intentionally conceal his plans beforehand.
“if we know, what is your idea my friend?” asked a small turtledove.
“Well...",answered
themonkeyand the monkey explainingthatthe planbeapprovedby turtledoves.
"But .....,withwhich wewillsailthe boat?",Asked the big turtledove who do not
understandtheexplanationof themonkey.
"Don’t worrywewillsailwith theboatof our owntogether fromtheselempang," answeredthemonkey.
"Oh ..all right then", the two
birdsamazed at theidea ofthemonkey.
They he asked the two birds, they agreed.
Then the monkey said that they would sail by using their own boat made from the lepang fuirts.
They worked hard, helped one another without
feeling tired. The tools they used consist of the turtledove’s sharp and story
beaks, and the monkey’s sharp and strong nail and teeth. While the big lepang must be turned, upside
down, the monkey was ready to do it as it was impossible for both turtledoves.
Time passed and finally they had
finished making the boat, because of their cooperation and helping one another , whereas all their
bodies had been wet by the sweat indicating that they had done a hard work.
After taking a rest for a moment, the
monkey asked his two friends to push the boat t the river edge so they could
use it for sailing.
"Nah, our boatshave finished, now we're ready
to go andbeforewestillhave topushthisboatto thebanks ofthe
riverwe usedtobe able tosail", get themonkeyto
theother twowere. Thentogether theypushedthe boattobe
launchedinto the river.
“The boat is ready to
sail, now who’s got a turn to row it?” the monkey asked while staring at his friends
when the boat arrived at the river.
“I think, because my brother, the
monkey is the strongest of all us. So, the monkey is right one,” answered the
small turtledove innocently. Hearing the turtledove’s answer, the monkey was
disappointed and got a bit angry.
“hey turtledove, wasn’t the idea of
making this boat from me and it’s normal if I want to have fun by becoming the
passenger in this sailing?” he said arrogantly. The turtledoves looked at each
other while raising their shoulders. As a sign that they didn’t want to
surrender to the selfish monkey.
“all
right, because I am logger that the small turtledove than the small
turtledove, I will row this boat,” answered the big turtledove, he grabbed the
oar and started sailing, the monkey was very cheerful when the boat started to
sail.
Along the sailing they kept joking and
singing, accompanied by the birds singing and the sound of water. They didn’t
realize that their lepang boat had entered pangkalan tunggang terap. From a
distance they could se many children playing on the rocks among the mothers who
were washing the clothes in the river.
"Hooray ... we
are sailing we are sailing ...", she cried incessantly.
Throughout the cruise
they always joking and ever heard them singing voice lacks the orchestra of the
birds who shouted to the edge of time and the sound of gurgling water. Doesn't
feel the boat they had left the garden far enough UwakPenggawe at river hulu.
not felt
paddlesin thepaddlerightby big turtledovehas broughttheminto tunggangterap. Fromfar to look so many children playing
everything and still to help their
mother to washing clothing
Knowing there were a boat and strange
passengers approaching them, the children stopped playing and one of them shouted.
“Deeng, tepang boat, the big turtledove
sat in the front, the small turtledove sit at the back and cecaguk like monkey
sit in the middle,” after hearing the boy’s shouting the others were laughing
loudly.
“oh, I don’t want to sit at the front,
how could they call me a monkey,” the monkey was upset then asked the other to
move.
“where will you move, buddy…if you move
to the back, it means we must row this boat again,” explained the small
turtledove.
I don’t care. The most
important, I sit at the back and nobody else will insult me, “said the monkey
angrily. Rather than making the monkey angry, the big tur the dove waqas wilily
to move. and if the monkey sat at the back, it meant that he didn’t have to row
the boat? He was relieved because he could rest and enjoyed the exciting sail
“How comfortable to be a
passenger!’ said the big turtledove while glamcing the monkey who was forced to
row.
“watch out! there’s a
heavy. stream a head, be careful !” suddenly the small turtledove warned that
there was a heavy. stream with rocks on the surface ahead of them.
“Huup. the boat was a
little shaking, but the monkey could control it while passing the “tunggang”
The monkey wasn’t
relieved yet after passing the dangerous tunggang when he saw. many children
playing at the riverside from a distance.
”O god, How crowded the
river in this evening,” he grumbled.
it was a time, indeed
when the women from the village to gether with their children went to bath and
wash in the river.
when approaching the place
where the children were bathing, the monkey suddenly stopped rowing. and
covered his face with his hands, hoping that the children wouldn’t be able to
see his monkey face. however, one of the children had alredy seen the monkey’s
face
“Deery, lepary boat, the
small turtledove sat in the front, the big turtle dove sit in the middle and
teought look monkey sit at the back, yelled one of the children while loughing
louddy with the other kids.
“Oh Dear.. How rude, how
could they keep calling me” monkey?”
And you two, why are you
laughing at me.too?” while pointing at the two birds that had followed the
children to laugh at him.
Then the monkey got
furios. and tore lepay boat with his sharp nails, so. the boat was turn into
pieces and leaked, and gradually drowned. seeing the boat start to drawn, the
birds as the passengers innediately flew and left the furious monkey who had
broken the boat.
When he realized that
their boat had been broken. and even would be drowned, the monkey got panicked.
as he couldn’t swim. fortunately god was still kind to him, because not far
from him, he could see a lunp of big lugur coming out of the water surface. so
with difficult labor the lugur could be reached by the monkey. For several
minutes he tied down weakly on the. lugur, and got unconscious for some time.
ENDING /
RESOLUSION :
when he was awaken, soon
he said his gratitude to god, because if god didn’t help him, he might have
died and swallowed by tapah fish or a kind of water ghost named duguk. The
monkey felt regretful and realized that he was very greedy and tricky.
Conclusion :
This Story is a tale
about animals which tells aboaut how sly and selfish a monkey is but tuckily
the monkey finally realized that what he did could harm himself.