Rabu, 03 April 2013

Cerita Daerah dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia


Narrative
Sang beruk dan perahu lempang

Orientation :
Suatu hari , tidak seperti biasanya uwak penggawe pulang lebi cepat kebun lepang nya yang terletak di tunggangselikan diseberang sungai enim.
  Sepulang uwak penggawe, datangka seekor yang teramat besar , rajanya beruk diwilayah itu. Rupanya beruk itu memang telah lama berdiri dipinggir kebun untuk menunggu uwak penggawe pulang dari kebunnya. Setela dipastikan uwak penggawe telah jauh maka beruk itu segera masuk kekebun lepang uwak penggawe. Sambil melirik kesana-kemari beruk itu segera memetik bua lepang yang terhampar dihadapannya dan dengan rakus melaap buah itu.
  Saat sedang asik melahap curian itu tiba-tiba sang beruk dikejutkan oleh kedatangan dua ekor burung  perkutut dan seekornya lagi adalah burung tekukur.
  “weleh….weleh…hei sobat tekukur, rupanya kita telah kedahuluan oleh sang beruk,” sindir perkutut.
    “hee..ehh…” timpal sang terkukur seraya mengagukan kepala.
      Mendapat sindiran demikian rupa sang beruk segera angkat bicara.
     “wahai perkutut dan terkutut, mengapa gerangan kalian berani dating ke sini eh,” hardiknya sambil berkacak pinggang dan mata mendelik kea rah kedua burung itu.
     Karena ketakutan dibentak oleh beruk, tak urung membuat kedua burung itu ciut nyalinya dan bermaksud segera hengkang dari tempat sial itu, namun dicegah oleh sang beruk.
     “eit..eit…mau kemana kalian ah? Jangan buru-buru minggat sobat, sekalipun pertanyaanku tadi  belum sempat kalian jawab namun aku sudah tahu apa yang ada dibenak kalian, kalian ingin menikmati juga, bukan?” Tanya beruk sambil mengacungkan sisa buah lempang yang ada ditangannya.
    “ah, sang beruk tahu saja..,” jawab kedua burung itu tersipu malu.
    “baiklah mari bergabung kemari” ajak beruk kepada kedua burung itu.
    Merasa mendapat angin kedua burung itu pun mendekat keara beruk dengan langkah yang hati-hati jangan-jangan ini siasat beruk untuk mencelakakan diri mereka, piker kedua burung itu cemas, sebab mereka sadar  betul akan keculasan sang beruk.
      Namun tidaklah demikian terjadi , kenyataannya snag beruk amat senang mendapatkan teman mencuri kenyataannya sang Beruk amat senang mendapat teman mencuri. Merekapun berpesta pora menikmati buah Lepang sarnbil bersendau gurau. Sekali-kali terdengar benyolan sang Beruk yang pandai membual, sejenak mereka kembali diam menikmati buah lepang yang lezat.
    Ketika menikmati buah Lepang curian itu terlintas pemikiran sang Beruk untuk berlayar menyusuti keindahan paorama sungai Enim yang asri. Tiba-tiba berseru kepada kedua sahabatnya.
COMPLICATION :
    "Hai sahabatku Tekukur dan Perkutut, aku ada rencana besar kalau kalian mau, kalian boleh ikut”  Kata sang Beruk sengaja merahasiakan terlebih dahulu rencananya itu.
       "Kalau boleh kami tahu rencana apakah itu wahai sahabatku Beruk?". Tanya Perkutut penasaran yang diiyakan oleh sang Tekukur.
       "Begini...", jawab sang Beruk seraya menjelaskan rencana tersebut yang tenfu saja disetujui oleh kedua burung itu.
      "Tapi....., dengan perahu manalah kita akan berlayar?", tanya Tekukur yang belum mengerti dengan penjelasan sang Beruk.
      "Tenang kita akan berlayar dengan perahu yang kita buat sendiri bersama-sama dari buah Lepang ini", Jawab sang Beruk menambahkan.
       “Oh.. baiklah kalau begitu", kedua burung itu terangah takjub atas ide sang Beruk.
       Setelah menemukan buah Lepang yang ukurannya sangat besar. Ketiga sahabat itu segera bergotong-royong mengeruk isi buah Lepang itu hingga hanya tersisa kulit kerasnya saja menjadi sebuah perahu. Mereka bekerja keras dan saling bahu membahu tanpa merasa lelah sedikitpun masing-masing mempunyai tugas tersendiri Perkakas yang mereka pergunakan terdiri dari paruh yang tajam dan kuat bagi Perkutut dan sang Tekukur. Sedangkan perkakas yang dipergunakan oleh sang Beruk adalah krlku dan grgi yang runcing lagi kokoh. Apabila buah lrepang yang besar itu harus dibalikkan sang Beruk yang memiliki tenaga yang besar siap untuk melakukan, yang memang tak mungkin untuk dilakukan oleh kedua burung itu.
     Tak terasa selesai sudah mereka mengerjakan pembuatan perahu dari kulit Lepang tersebut, berkat kerjasama dan saling gotong-royong sepertinya pekerjaan itu begitu tingannya, padahal sekujur tubuh mereka telah basah oleh keringat yang menandakan kalau pekerjaan yang mereka lakukan bukanlah pekerjaan yang sepele.
     Setelah istirahat sejenak melapas penat, berkatalah sang Beruk pada sahabatnya.
     “nah, perahu kita telah selesai, sekarang kita siap berangkat dan sebelumnya kita masih harus mendorong perahu ini ketepian sungai untuk dapat kita pakai berlayar", ajak sang Beruk kepada kedua sahabatnya itu. Lalu bersama-sama mereka mendorong perahu itu untuk diluncurkan ke sungai.
       “Perahu telah siap berlayar, sekarang siapa yaflg mendapat giliran untuk mengemudikannya?", tanya sang Beruk sambil menatap muka sahabahya satu persatu ketika perahu itutelah sampai di sungai
  Menurutku berhubung Saudaraku Beruk paling kuat diantara kita, maka Beruk lah yang paling tepato, jawab sang Perkutut polos. Mendengar jawaban sang Perkutut kecewalah sang Beruk dan dia pun sedikit marah.
     "Wahai Perkutut, bukanlah ide pembuatan perahu ini dari aku dan wajar saja kalau sedikit bersenang-senang dengan hanya menjadi penumpang pada pelayaran ini ?", elaknya sedikit angkuh. Perkutut dan Tekukur saling pandang satu sama lain seraya mengakat kedua bahunya, pertanda mereka mau tak mau harus menyerah kalah pada sang Beruk yang mau menang sendiri itu.
      "Baiklah... berhubung badanku lebih besar dari saudaraku Perkutut, maka aku putuskan aku yang bertugas mendayung", jawab sang Tekukur mengalah. Sementara sang Beruk yang telah duduk lebih dahulu diperahu tersenyum.
      Setelah berdebat begitu panjang akhirnya Tekukur mengambil inisiatif untuk memulai pelayaran itu.  Segera disambarnya dayung dan melompat keatas perahu lalu perlahan mulai mengayuh sampan yang terbuat dari kulit Lepang curian tersebut. Setelah perahu bergerak kehilir bukan main senangnya hari sang Beruk.
      "Hore kita berlayar... kita berlayar... ", teriaknya tak henti-hentinya.
      Di sepanjang pelayaran itu mereka senantiasa bersenda gurau dan sekali-kali terdengar mereka bernyanyi diringi oleh orkestra dari suara burung-burung yang bersahutan dipinggir kali serta gemericik suara air. Tidak terasa perahu mereka telah cukup jauh meninggalkan kebun Uwak Penggawe dihulu sungai.
      Tidak pula terasa dayung yang telah dikayuhkan oleh sang Perkutut telah membawa perahu Lepang mereka memasuki Pangkalan Tunggang Terap. Di kejauhan telah nampak oleh mereka banyak anak-anak bermain disela-sela bebatuan diantara ibu-ibu yang tengah mencuci pakaian di sungai itu.
      Mengetahui ada perahu dan penumpang yang aneh mendekati mereka, anak-anak itu segera berhenti bermain dan salah seorang dari mereka ada yang berteriak.
      "De-eng perahu Lepang, didepan duduk Perkutut. Dibelakang duduk Tekukur dan ditengah duduk cecaguk Luk Behulf', sehabis bocah itu berseru yang lainnya ikut tertawa terpingkal-pingkal.
      Diolok-olok begitu rupanya panaslah telinga sang Beruk, lalu pindahlah sang Beruk duduk didepan menggantikan Perkutut. Dibelakang perahu sang Tekukur tersenyum simpul menahan geli sedangkan sang Perkutut menurut saja kemauan sang Beruk dan mereka terus berlayar ke hilir.
      Setelah berlayar beberapa saat lamanya tampak didepan mereka Pangkalan Galang. Sama seperti pangkalan sebelumnya di Pangkalan Galang itupun ramai sekali anak-anak kecil sedang bermain air sambil menunggu ibu mereka mencuc, Ketika perahu mereka tiba didekat anak-anak itu, kembali salah seofiulg dari mereka berseru.
      "De-eng, perahu Lepang, di Buri Telcukur ditengah Perkutut dan di luan tecaguk luk Beruk”, katanya disambut gelak tawa yang lain.
      "Aduh... sobat, aku tidak mau lagi duduk didepan, masak aku dibilang seperti Beruk", Umpat sang Beruk kesal lalu kembali mirrta pindah tempt duduk.
     "Mau pindah kemana lagi sobat..., kalau pindah kebelakang berarti harus mendayung perahu ini lagi", terang sang Tekukur
"Masa bodoh yang penting aku duduk dibelakang dan tidak ada lagi orang yang akan  mencemoohkan diriku", tukas sang Beruk kesal.
       Kalau begitu sang Tekukur mestimengalah, kalau tidak sang Beruk kasar itu pasti akan marah. Dari pada ribut dengan sang Beruk lebih baik mengalah, Pikir sang Tekukut. Dan bukankah bila sang Beruk mendalung perahu?  pikir Tekukur lega dan kini ia dapat beristirahat menikmati pelayaran mengasyikkan itu.
      “Wah..., enak juga ya.. menjadi penumpang peratru", sindir sang Tekukur sambil melirik sang Beruk yang terpaksa mendayung.  Sementara melihat Tekukur melirik dirinya sang Beruk memalingkan mukanya.
      "Awaas... !!, didepan ada tunggang yang cukup deras, hati-hati !!!", tiba-tiba Perkutut berteriak memperingatkan bahwa di hilir ada arus yang cukup deras dengan bebatuan yang bermuculan di permukaan air.
      Huup..., perahu sedikit oleng, akan tetapi dapat oleh Sang Beruk ketika melewatr tunggang itu.
       Belum sempat hilang rasa cemas akibat melewati tunggang yang berbahaya tadi, kini Sang beruk mesti cemas kembali, sebab matanya telah melihat dari kejauhan samar-samar seperti banyak bocah sedang bermain dipinggir sungai.
       " Ya Tuhan, alangkah ramainya sungai dlsore hari ini", guman Sang Beruk. lirih. Memang saat itu hari menjelang sore saat perempuan desa beserta anak mereka pergi mandi dan mencuci ke sungai.
Saat mendekati tempat mandian anak-anak itu, SangBeruk segera berhenti mengayuh perahu lantas menutupimukanya dengan kedua tangan. berharap anak-anak itutidak 'sampai melihat muka beruknya. Akan tetapi apayang terjadi, salah satu dari bocah-bocah itu ada yanglebih dahulu melihat muka Sang Beruk.
" Deeng, perahu Lepang, di depan dudukperkutut, ditengah duduk Tekukur dan dibelakang duduk tercaguk Beruk.", seru seorang anak seraya tertawa terpingkalpingkalbersama anak-anak yang lain.
" Aduh..., kurang ajar, masak aku dibilang Berukterus sih?, kalian lagi, ikut-ikutan menertawai akujuga...", sambil menuding kedua burung sahabatnya ituyang telah latah ikut-ikutan bocah-bocah itumentertawakan dirinya.
Beruk itu kalap, lalu mencabik-cabik perahu Lepangdengan kuku-kukunya yang runcing lagi tajam, sehinggaperahu itu terkoyak-koyak dan bocor lalu perlahantenggelam. Menyaksikan perahu mulai dimasuki airsecepat kilat burung penumpang perahu mengepakkansayapnya terbang meninggalkan Sang Beruk yang sedangberingas hingga merusak perahu itu.
Begitu menyadari bahwa perahu mereka telah rusakberat bahkan sebentar lagi akan tenggelan. parriklah SangBeruk, sementara ia sendiri tidak mampu berenang.Untung Tuhan masih berbaik hati padanya, sebab tidak jauh di hilir Beruk berada, nampak sebongkah Lugur yangbesar menonjol diatas permukaan air. Dengan susah payahdiraihnya Lugur itu oleh Sang Beruk. Untuk beberapa saatia terkulai lemas diatas bongkahan Lugur itu, kepalaberkunang-kunang lalu beberapa lamanya tidaksadarkandiri.
ENDING / RESOLUSION :
Ketika tersadar. ia segera mengucapkan puji syukurkepada Tuhan, sebab kalau bukan atas pertolongan Tuhansemesta alam mungkin dirinya telah mati ditelan olehikan tapah atau sebangsa hantu air yang bernama duguk.Pikir Sang Beruk menyesal dia pun menyadari akandirinya yang sangat rakus ilan penuh dengan tipu daya itu


Kesimpulan :
      Cerita ini merupakan dongeng tentang binatangyang mengisahkan betapa liciknya akan seekor beruk yangmau enak dan menang sendiri.
      Tapi untunglah sangberukakhirnyamenyadaribahwaperbuatannyasendiriakan dapat mencelakai dirinyasendiri.





Narrative                                                         
The Monkey and The Lempang Boat

Orientation :
One day, unlike the usual day, uwak penggawe went home earliner from is lepang garden located in tunggang selikan across te enim river.
        Wen uwak penggawe had arrived ome, a very big mongkey, te king of monkey in that area. Actually the monkey ad been waiting at the side of garden, to wait for uwak penggawe coming ome from is garden. After he was sure  that uwak penggawe had gone away, the monkey went into uwak penggawe wes lepang garden. While glacing everywhere the monkey picked lepang fruits in front of him and ate them greedily.

When hes was busy eating the stole fuirts. Suddenly, he was surpised by two birds. The were a small turtledove and a big turtledove.
        “hi..turtledove mu buddy, the monkey has come first,” teased the turtledove.
        “right,” answered the large turtledove while nodding his head.
         Getting teased like that, the monkey then spoke.
    “ hi turtledoves, why do you care to come here?”  he yelled and stared at the two birds.
   Because they were afraid to be yelled by the monkey, they planned  to run away, but finally they joined the monkey to eat the lepang fruits.
   While enjoying the delicious lepang fruits, the monkey had a plan to sail along enjoying the beautiful panorama of enim river.
COMPLICATION :
“Hi my friends, a small turtledove and a big turtledove. I have big idea, do you know what my idea?” said monkey intentionally conceal his plans beforehand.
       “if we know, what is your idea my friend?” asked a small turtledove.
       Well...",answered themonkeyand the monkey explainingthatthe planbeapprovedby turtledoves.
"But .....,withwhich wewillsailthe boat?",Asked the big turtledove  who do not understandtheexplanationof themonkey.
         "Don’t worrywewillsailwith theboatof our owntogether  fromtheselempang," answeredthemonkey.
        "Oh ..all right then", the two birdsamazed at theidea of​​themonkey.
    They he asked the two birds, they agreed. Then the monkey said that they would sail by using their own boat  made from the lepang fuirts.
  They worked hard, helped one another without feeling tired. The tools they used consist of the turtledove’s sharp and story beaks, and the monkey’s sharp and strong nail and teeth.  While the big lepang must be turned, upside down, the monkey was ready to do it as it was impossible for both turtledoves.
         Time passed and finally they had finished making the boat, because of their cooperation and  helping one another , whereas all their bodies had been wet by the sweat indicating that they had done a hard work.
         After taking a rest for a moment, the monkey asked his two friends to push the boat t the river edge so they could use it for sailing.
"Nah, our boatshave finished, now we're ready to go andbeforewestillhave topushthisboatto thebanks ofthe riverwe usedtobe able tosail", get themonkeyto theother twowere. Thentogether theypushedthe boattobe launchedinto the river.
“The boat is ready to sail, now who’s got a turn to row it?” the monkey asked while staring at his friends when the boat arrived at the river.
         “I think, because my brother, the monkey is the strongest of all us. So, the monkey is right one,” answered the small turtledove innocently. Hearing the turtledove’s answer, the monkey was disappointed and got a bit angry.
        “hey turtledove, wasn’t the idea of making this boat from me and it’s normal if I want to have fun by becoming the passenger in this sailing?” he said arrogantly. The turtledoves looked at each other while raising their shoulders. As a sign that they didn’t want to surrender to the selfish monkey.
        “all  right, because I am logger that the small turtledove than the small turtledove, I will row this boat,” answered the big turtledove, he grabbed the oar and started sailing, the monkey was very cheerful when the boat started to sail.
        Along the sailing they kept joking and singing, accompanied by the birds singing and the sound of water. They didn’t realize that their lepang boat had entered pangkalan tunggang terap. From a distance they could se many children playing on the rocks among the mothers who were washing the clothes in the river.
"Hooray ... we are sailing we are sailing ...", she cried incessantly.
Throughout the cruise they always joking and ever heard them singing voice lacks the orchestra of the birds who shouted to the edge of time and the sound of gurgling water. Doesn't feel the boat they had left the garden far enough UwakPenggawe at river hulu.
not felt paddlesin thepaddlerightby big turtledovehas broughttheminto tunggangterap. Fromfar to look so many children playing everything  and still to help their mother to washing clothing
        Knowing there were a boat and strange passengers approaching them, the children stopped playing and one of them shouted.
       “Deeng, tepang boat, the big turtledove sat in the front, the small turtledove sit at the back and cecaguk like monkey sit in the middle,” after hearing the boy’s shouting the others were laughing loudly.
       “oh, I don’t want to sit at the front, how could they call me a monkey,” the monkey was upset then asked the other to move.
       “where will you move, buddy…if you move to the back, it means we must row this boat again,” explained the small turtledove.
I don’t care. The most important, I sit at the back and nobody else will insult me, “said the monkey angrily. Rather than making the monkey angry, the big tur the dove waqas wilily to move. and if the monkey sat at the back, it meant that he didn’t have to row the boat? He was relieved because he could rest and enjoyed the exciting sail
“How comfortable to be a passenger!’ said the big turtledove while glamcing the monkey who was forced to row.
“watch out! there’s a heavy. stream a head, be careful !” suddenly the small turtledove warned that there was a heavy. stream with rocks on the surface ahead of  them.
“Huup. the boat was a little shaking, but the monkey could control it while passing the “tunggang”
The monkey wasn’t relieved yet after passing the dangerous tunggang when he saw. many children playing at the riverside from a distance.
”O god, How crowded the river in this evening,” he grumbled.
it was a time, indeed when the women from the village to gether with their children went to bath and wash in the river.
when approaching the place where the children were bathing, the monkey suddenly stopped rowing. and covered his face with his hands, hoping that the children wouldn’t be able to see his monkey face. however, one of the children had alredy seen the monkey’s face
“Deery, lepary boat, the small turtledove sat in the front, the big turtle dove sit in the middle and teought look monkey sit at the back, yelled one of the children while loughing louddy with the other kids.
“Oh Dear.. How rude, how could they keep calling me” monkey?”
And you two, why are you laughing at me.too?” while pointing at the two birds that had followed the children to laugh at him.
Then the monkey got furios. and tore lepay boat with his sharp nails, so. the boat was turn into pieces and leaked, and gradually drowned. seeing the boat start to drawn, the birds as the passengers innediately flew and left the furious monkey who had broken the boat.
When he realized that their boat had been broken. and even would be drowned, the monkey got panicked. as he couldn’t swim. fortunately god was still kind to him, because not far from him, he could see a lunp of big lugur coming out of the water surface. so with difficult labor the lugur could be reached by the monkey. For several minutes he tied down weakly on the. lugur, and got unconscious for some time.
ENDING / RESOLUSION :
when he was awaken, soon he said his gratitude to god, because if god didn’t help him, he might have died and swallowed by tapah fish or a kind of water ghost named duguk. The monkey felt regretful and realized that he was very greedy and tricky.

Conclusion :
This Story is a tale about animals which tells aboaut how sly and selfish a monkey is but tuckily the monkey finally realized that what he did could harm himself.

Cinta kilat (CERPEN)


       Awalnya aku sempat bingung ingin menceritakan tentang pengalamanku yang mana, namun aku yakin ada sebuah kisah yang menurutku sangat pahit namun itulah fakta yang ada..
       Malam ini..yah malam ini aku duduk termenung dikamar tidurku. Pikiraku melayang..melayang ntah kemana.  tetesan demi tetesan air mata terus turun tanpa bisa kutahankan, Aku sedih dengan keadaanku sekarang, aku sedih..aku selalu sedih jika hal ini lagi-lagi terulang kembali. Aku sendiri bingung kenapa aku mesti menjadi bodoh untuk sedih dengan suatu kenyataan yang ada, terutama kenyataan pahit dimasalah percintaanku saat ini. Sejujurnya saat ini aku ingin sekali berteriak, namun apa boleh dikata tak mungkin aku berteriak disini, malam ini, tengah malam ini.
      Lalu aku berangkat dan menatap wajahku dicermin. Aku tersenyum “ah..aku nggak buruk-buruk amat kok, aku manis..yah aku manis. Kamu beneran manis kok laras” ujarku semangat sambil menunjuk-nunjuk wajahku dicermin lalu aku tertawa.
      Setelah cukup lama memandang wajahku dicermin aku kembali termenung, pikiranku kembali melayang..pikiranku kembali pergi ke saat-saat perasaanku tak sama seperti sekarang ini, perasaan benci yang mengagapmu adalah sebagai musuh, musuh abadi.
      “1..2..3...4,..26….” teriak anak gugus 5 saat disuruh menghitung jumbalh barisan. Namun setelah teriakan ke angka 26 cukup lama tak ada sahutan. Kami semua pun yang ada dibarisan dengan kompak melihat kebelakang, ternyata hanya ada seorang cowok yang bengong plus bingung karena ia tak tau kenapa penjuru mata terfokus hanya kepadanya. “hey kamu, ia kamu!! Kenapa berhenti” teriak salah satu senior galak dan sangat tegas.
      “ma ma maaf kak, saya tadi melamun” ujarnya gagap dan takut-takut. Kami yang melihatnya dengan spontan mengubah sorotan mata menjadi bertambah garang. Yah dia, vino si cowok ganteng tapi aneh yang kerjaannya suka melamun.
      Mos yang sangat melelahkan dan penuh tantangan itu akhirnya selesai. dan beberapa lama kemudian kami pun akhirnya kembali bersekolah namun dengan versi yang berbeda, yah sekarang kami telah menjadi anak SMA yang seutuhnya. Namun Aku sedikit kecewa, karena aku bakal sendiri dikelas baru. aku terpisah sangat jauh dengan teman-temanku. Dikelas ini aku hanya sendiri, itulah kesedihan pertama diawal aku masuk sma.
    Singat cerita hingga akhirnya 8 bulan aku bersekolah disini, susah sedih senang suka dan duka cukup lengkap kualami disekolah ini. Aku mempunyai banyak teman-teman yang asik, tak hanya asik mereka juga sangat kompak. Kelasku terasa sangat nyaman, dan sinilah aku mulai belajar mandiri tanpa sahabat-sahabatku.
        “eh ras, ngapain lu melamun” ujar yuli yang mengagetkanku. Lalu ia duduk dibangkunya dan kembali menghadap kearahku.
         Aku tetap diam tanpa menghiraukan pertanyaan yuli, diam-diam lalu kembali terhanyut dengan lamunanku itu.
       “hey, mikirin apa si? Vino ya?” katanya lagi sambil senyum-senyum jail kepadaku.
        Mataku melotot, semakin melotot.. ‘apaan si ni anak’ ujarku dalam hati. Sebenarnya benar apa yang dikatakan yuli. Lamunanku hanyala baying-bayang vino, bayang-bayang vino yang semakin hari semakin membuatku berharap. “nggak, tapi ia sih” kataku sambil nyengir. “yul, menurut kau vino itu suka nggak sih sama aku?” kataku serius.
       “bisa jadi, kita lihat aja perkembangannya. Tu dia orangnya” kata yuli mantap sambil menunjuk-nunjuk vino yang baru masuk kekelas sambil cengar-cengir kepadaku. Yuli yang tak ingin mengagu suasana segera beranjak pergi.
       Aku cukup heran dengan tingkah laku vino sekarang, dia suka senyum-senyum sendiri dikelas. Ia juga semakin hari semakin perhatian kepadaku, aku tak tau apakah aku gere atau mungkin itu adalah fakta. Aku juga terkadang tidak bisa membedakan ini mimpi atau kenyataan kejadian itu terjadi dengan cepat dan OMG..vino sekarang sedang menuju mejaku dan menatapku dalam-dalam.
      “apaan?” tanyaku galak. Disini ceritanya aku mulai berubah menjadi sedikit cuek dengan orang yang aku suka, agar kesannya aku tak punya perasaan lebih terhadap orang yang aku suka padahal kata temen-temen kelihatan jelas aku suka vino. Hmmm mungkin semakin aku coba bersikap nggak suka semakin kelihatan bahwa itu aku suka.
     “galak bener sih, ada yang mau aku omongi setelah pelajaran selesai ras” ujarnya sambil tersenyum lalu kembali ketempat duduknya. Aku hanya membali dengan cengar-cengir dan vino kembali menoleh kepadaku “ini serius ras, jangan cengar-cengir” ujarnya dengan tatapan yang wahh serius bener.
     Jantungku berdeguk kencang, apa yang ingin vino katakana padaku. Apa mungkin ia ingin menyatakan sesuatu kenapaku? Apa mungkin ia ingin menyatakan bahwa ia juga suka kepadaku? OMG..semoga saja itu yang ingin vino katakan. Tanpa sadar ternyataku senyum-senyum sendiri dan hal itu diperhatikan oleh andre.
     “napa lu senyum-senyum” ujar andre tiba-tiba dan langsung duduk dibangku yuli.
    “kenapa? Nggak suka?” ujarku garang. Yah andre adalah cowok yang paling rese yang perna ada disekolah ini. Aku tau sebenarnya dia baik tapi sikap jailnya yang suka buat aku marah semakin hari yang semakin parah dan itu salah satu hal yang membuatku sampai hari ini semakin benci dengan andre.
    “ya aku nggak suka liat kau bahagia, kau itu nggak pantes untuk bahagia” ujarnya cuek lalu berangkat pergi meninggalkan bangku yuli dan aku pastinya.
     Aku marah, aku benar-benar marah. Dia anak laki-laki yang tak henti-hentinya untuk menghinaku, dia selalu datang disaat aku akan bahagia lalu ia akan mengacaukannya. Mungkin  ia akan selali senang jika melihatku menangis, kecewa dan merana.
     Akhirnya jam pelajaran hari selesai, aku masih penasaran apa yang ingin vino katakan kepadaku. Jujur sebenarnya jantungku berdetuk kencang, apa mungkin aku sekarang sedang gugup.
      “ras, aku mau ngomong sesuatu”ujarnya pelan padaku.
        Aku meliriknya lalu menatapnya “ya, bilang aja vin” ujarku santai lalu tersenyum. aku tak mau memperlihatkan kepadanya bahwa aku sangat gugup, Aku tak mau ia menertawakanku.
       “ini dari hati aku ya ras, tulus dari hati aku. Kamu harus jawab juga sesuai yang ada dihati kecil kamu” ujarnya mantap dan tersenyum manis menatapku.
       Jantungku semakin berdegup kencang, wajahku memerah sekarang aku tak mampu untuk menatap wajahnya, aku malu. “iyaa..tenang aja” ujarku pelan.
        “dan satu lagi kalau kamu nanti udah tau apa yang aku bilang ini tolong jangan jauhin aku ya, please” mohonnya padaku.
        Aku tetap tak mampu untuk melihat wajahnya, aku takut..aku takut kalau dia melihat wajahku yang memerah seperti ini. “hahaha..biasa aja kale” tawaku berusaha mencairkan suasana. Sebenarnya aku takut suasana menegangkan seperti ini, bayangkan disini didekat koridor hanya ada aku dan dia, berdiri dan membisu.
      “aku….” Tiba-tiba vino menghetikan ucapannya. Aku heran, apa mungkin dibelakangku ada seseorang yang membuat vino untuk berhenti bicara sejenak. Dan aku pun menoleh kebelakang dan ternyata benar, ada seseorang yang menuju kearah kami.
      Jelas..lagi-lagi orang itu adalah anda, penggangu kelas kakap. Dia tak akan melewatkan kesempatan untuk mengagalkan kebahagianku. Aku menatapnya sinis namun andre tak kalah menatapku dengan tatapan sinis. “kenapa lu, nggak suka” ujarnya santai tapi dengan tatapan sinis.
     Emosiku hampir saja terpancing, rasa ingin menampar wajahnya. Tapi tetep saja keberanianku tak sehebat itu. “sudahlah, pergi saja!! Dasar perusak!!” makiku terhadap andre.
    Andre tak membalas makianku, aku sedikit heran dengannya. Tumben-tumbennya ketika aku menyuruh dia untuk pergi dan dia dengan perlahan mengikuti keinginanku. Andre pun menghilang, aku semakin bingungapa yang terjadi dengannya ‘apakah dia sedang sakit? Atau mungkin dia ingin bertobat? Kalau iya, ohh syukurlah’ ujarku dalam hati dan tersenyum puas.
    Beberapa detik kemudian aku tersadar bahwa masih ada vino didepanku, vino menatapku dengan tatapan penuh Tanya. “ada apa sih no? kok lihat aku gitu banget?” akhirnya aku pun mencairkan suasana.
     “nggak..lucu aja, tadi waktu andre kesini kamu marah-marah sendiri dan waktu andre menghilang pergi kamu senyum-senyum sendiri” ujar vino sambil tersenyum, senyuman yang sangat manis.
    “ah sudahlah, ngapain bahas orang gila kayak andre. Buat badmood aja tauu” kataku kesal sambil merengut.   
   “iya dehh, nggak lagi” janji vino sambil mengangat kedua tangannya dan membentuk huruf V tanda damai.
    “ohh iya, tadi kamu mau bilang apa?” kataku sambil tersenyum.
    Wajah vino kembali berubah, tiba-tiba wajahnya sedikit memerah. Aku menatapnya dengan tatapan penasaran  “kenapa wajahmu no? hahaha..lucu!!” candaku padanya.
   “masa sih? Aku tadi mau bilang..hmmm aku..” katanya ragu tetapi masih dengan tatapan serius sama seperti awal ia berbicara tadi.
  “aku kenapa?” tanyaku semakin penasaran ‘apa mungkin vino ingin menyatakan cintanya padaku? Jika ya ohh my god’ ujarku dalam hati.
  “aku mau bilang kamu manis ras” ujarnya cepat dan tersenyum manis.
  “aku manis??” kataku heran.
  “yaa..kamu manis” masih dengan senyumannya yang membuat para bidadari meleleh.
 ‘ah..hanya itu..yahhhh kok gitu doang sih, kok nggak ada kata aku cinta kamu’ ujar hatiku yang sedikit kecewa. “gitu doing” kataku tanpa sadar. “upss..sorry” kataku cepat sambil menutup mulutku dengan kedua tanganku.
  “hahaha…ada lagi sih” katanya sambil tertawa.
  “apaan?” kataku cepat. Yah mungkin pikirku masih ada kesempatan untuk berharap .
  “nanti aja, ntar nggak spesial” katanya mantap.
   Sejak hari itu hubunganku dengan vino semakin hari semakin dekat saja, vino sering mengantarku pulang. Hari-hariku dibuatnya bahagia dan pastinya tak ada andre yang mengacaukan semua itu. mungkin benar dugaanku ‘andre ingin bertobat’.
   Tepat satu bulan kemudian hubunganku dengan vino sedikit merenggang hingga akhirnya ada sebuah kabar tentang vino yang membuat hatiku sakit ‘andre jadian dengan seseorang dan orang itu bukan aku’. Aku masih belum percaya dengan semua kabar itu. rasa penasaranku semakin besar hingga akhirnya kukumpulkan keberanian itu untuk bertanya langsung dengan vino.
   “vin aku mau nanya sesuatu sama kamu” kataku saat bertemunya diaula yang sama.
   “nanya apa?” katanya sambil tersenyum.
   Aku semakin ragu untuk bertanya padanya tapi rasa penasaran lebih besar dari pada rasa ingin mengurungkan niat. “kamu baru jadian sama seseorang ya?” kataku ragu-ragu.
   Wajah vino kaget setengah mati, mungkin vino tak menyangka aku sampai hati untuk bertanya ini dengannya. “hmmm..iya ras aku baru jadian dengan seseorang” katanya pelan.
   Seketika hatiku terasa hancur, hancur berkeping-keping. Air mataku tak tertahankan lagi, dengan cepat aku berlari meninggalkan vino tanpa mengucapkan kata apa-apa. Aku duduk didepan asrama putri, disana aku menanggis sejadi-jadinya. Hatiku hancur, aku marah dan aku ingin sekali berteriak. Tiba-tiba ada seseorang yang menyentuh pundakku, aku menoleh kaget dan ternyata orang itu adalah andre. Tiba-tiba aku merasa malu karena menanggis didepan dia “kamu bahagia kan melihat keadaanku seperti ini? Iya kan?!!” ujarku sinis pada Andre.
    Andre hanya membalas ucapanku yang sinis dengan sebuah senyuman, bukan senyuman andre yang biasanya dan ini pun tak seperti andre yang biasanya. Aku kaget dengan respon tak biasa andre terbut “rencana apa lagi yang kamu ingin lakukan kepadaku? Kamu ingin mengataiku pecundang?” kataku lagi dengan sinis. Namun respon andre masih tetap sama, tersenyum dan menatapku dengan tatapan sedih.
    “aku nggak sejahat itu juga kali ras” katanya pelan dan lagi-lagi tersenyum.
    “terus mau kamu apa?” ujarku sinis namun tidak seperti nada yang sebelumnya.
    “mau aku, kau berenti jadi orang yang bodoh karena nanggisin seseorang yang nggak baik buat kau” ujarnya pelan dan memegang pundak kiriku.
    Aku tertegun dengan kata-kata yang baru dikatakan oleh andre, aku tak menyangka andre bisa perduli dengan musuhnya seperti aku. “kau nggak tau apa-apa tentang aku, nggak usah sok care deh” ujarku sambil menepis tangan andre dari pundak kiriku.
    “aku bukan sok care, aku hanya ingin liat kau senyum” ujar andre sambil tersenyum.
     Aku baru menyadari ternyata andre yang ku kenal slama ini mala dialah orang yang slama ini yang sangat care terhadapku. Pelan-pelan aku mengusap air mataku dan tersenyum tulus kepada andre “terima kasih ya ndre” ujarku pelan.
  
"ingatlah teman, orang yang cepat datang dikehidupan kita itulah orang yang akan cepat menghilang dikehidupan kita. karna sesungguhnya hubungan yang instan itu tidak ada yang baik. maka dari itu jangan cepat anda menilai seseorang, jangan nilai orang dari covernya. nilailah dia dari hatinya :)"