Jumat, 04 November 2011

si dia yang misterius (cerpen)


Hai-hai, ini CERPEN gue yang ke-2, dibaca ya!!! J

     Lili duduk termenung dikelasnya yang super duper ribut. Kali ini ia memikirkan sesuatu tentang pelajaran-pelajaran dan tugas-tugasnya disekolah yang masih terbengkalai. Lili tidak percaya akibat kecelakaan yang menimpa dirinya ia banyak ketinggalan pelajaran. Dua bulan ia koma dirumah sakit, saat-saat itu kedua orangtuanya hanya menangis meratapi yang menimpa anak bungsuhnya. Sahabat-sahabat Lili juga sangat sedih dan ikut merasakan kepedihan kedua orang tua Lili serta kakak-kakak Lili.
       Perasaan Lili semakin was-was, ia ingin meminta tolong dengan teman-temannya tapi sepertinya teman-temannya tak ada yang memperdulikannya. Lili merasa sangat asing dikelasnya ini, baru satu minggu ia masuk sma, dan setelah kejadian itu hari ini ialah hari ke-8 ia kembali bersekolah. Awalnya kedatangan Lili disambut begitu meriah oleh teman-temannya, namun setelah itu teman-temannya kembali dengan pekerjaan mereka masing-masing.
       Teman satu kelas Lili juga tak banyak yang dulu satu smp dengannya, jadi Lili tak begitu sepenuhnya mengenal teman satu kelasnya. Hanya ada satu orang yang sangat ia kenal, yaitu Reno. Reno adalah teman satu bangku Lili, dan Reno pulalah yang merencanakan penyambutan kedangan Lili. mereka kenal sejak mos dismanya, karena mereka berada di gugus yang sama. Reno juga orangnya sangat baik, ia selalu sabar dengan tingkah lili yang ceroboh. Dan sepertinya dikelasnya hanya Reno yang care denganya.
       Reno menyadari kegelisahan Lili, ia menegur lili yang sedang melamun kearah jendela depan pintu. “li, kamu kenapa? Sakit?” ujar Reno pelan.
       Lili yang sedang melamun kaget akan teguran Reno, teman sebangkunya itu. Ia menoleh dan membalas pertanyaan Reno dengan sebuah anggukan pelan.
      “ada apa si? Cerita aja sama aku, siapa tau aku bisa bantu kamu” kata Reno sabar.
      Lili terhanyut oleh kebaikan reno padanya, Reno benar-benar seseorang yang sangat perduli padanya. Ia sangat senang memiliki teman seperti Reno. “Nono..kepala Lili pusing, Lilikan udah 2 bulan nggak masuk sekolah. Jadi banyak banget pelajaran dan tugas yang ketinggalan, nono mau ajarin lili” akhirnya Lili pun bersuara. Nono adalah panggilan akrab yang Lili panggil khusus buat Reno. Lili emang sedikit aneh, ia suka ganti-ganti nama orang sesuka hatinya. Dan tutur kata Lili juga sangat lucu, ia sudah terbiasa menyebut dirinya sendiri dengan namanya. Ia tak bisa berkata aku, aku dan kamu dengan orang yang telah akrab dengannya namun jika dengan orang yang ia tak kenal ia akan selalu kaku saat berbicara.
      Reno tersenyum mendengar keluhan kecil temannya itu, ia legah akhirnya Lili mengeluarkan suara lagi. Sebenarnya reno kangen dengan tingkah-tingkah Lili yang jail dan ceroboh itu, semenjak kecelakanaan itu Lili menjadi gadis yang sangat pendiam. Kerjaannya hanya melamun dan melamun. “ia, aku pasti ajarin kamu kok. Sekarang senyum dong, jangan melamun mulu” kata Reno dengan senyum jailnya.
     Lili pun tersenyum kecil, tiba-tiba perutnya terasa sakit. “aduh” ujar Lili kesakitan sambil menekan-nekan perutnya.
     “kenapa li, perut kamu sakit? Kita ke UKS aja. Ayo aku anterin” ujar Reno dengan mimic khawatir.
     Lili tertawa, tertawa lepas. “hahaha…kena deh lili kibulin. Hahaha..” tawa lili pada reno.
    Reno pun ikut tertawa, reno senang akhirnya lili kembali ceria. “dasar kamu yaaa..” ujar reno kemudian tertawa lagi.
     “tapi no, lili mau ke wc, temenin..” rewel lili pada reno.
     “mau ke wc aja minta ditemenin, hahaha…dasar manja. Wekk” ujar reno tersenyum dan menggeluarkan jurus andalannya pada lili, yaitu kebiasaannya suka melet-melet dengan lili.
     “lili lupa jalan ke wc” ujar lili polos.
     “bilang aja takut, wekk..ayo” ujar reno menyetujui.
     Akhirnya mereka beranjak pergi menuju wc. Mereka berjalan menelusuri koridor tengah dismanya. Mereka berjalan bersampingan bagaikan  sepasang kekasih yang sangat serasi. Reno memiliki tubuh yang cukup tinggi, sehingga tinggi lili hanya sepantaran dengan dagu reno. Waktu di mos juga lili sempat terpesona dengan reno, selain tinggi reno memiliki wajah ganteng dengan mata yang keren dan hidung yang mancung. Reno juga orangnya sangat ramah dan murah senyum.
      Lili berjalan dengan begitu lincah, penampilan lili benar-benar seperti anak kecil. Hanya pustur tubuh saja yang tak cocok dengan tingkah dan wajahnya. Lili memiliki tubuh yang cukup tinggi yaitu 164cm, tubuhnya yang tak langsing dan gemuk membuat lili digemesin oleh senior-seniornya. Lili juga memiliki wajah yang chubby dan dagu yang lancip sehinggah wajahnya tak terlihat tembem. Rambutnya yang hitam dan tebal yang selalu ia kuncir membuat dirinya terlihat imut. Apalagi dengan aroma yang sangat menjadi ciri khas untuknya, yaitu aroma adik bayi.
      Setelah selesai dari wc reno dan lili kembali ke kelas, ketika diperjalanan menuju kelas reno dipanggil oleh salah satu senior reno. Senior itu adalah ketua organisasi yang reno ikuti. Dari kejauhan lili melirik reno yang sedang berbincang dengan seniornya. Lili tidak berani melirik siapa senior yang mengajak reno berbicara karena lili takut dengan senior-seniornya yang berperawakan sangar dan mengerikan apa lagi senior-senior laki-laki.
      Beberapa menit kemudian reno telah selesai berbicara dengan seniornya, wajah reno masih terlihat tegang. Dalam hati lili bertanya-tanya ada apa sebenarnya tapi ia tak berani untuk bertanya langsung dengan reno.
       Perjalanan menuju kelas begitu sepi. Reno tetap diam, mungkin pikirannya masih memikirkan yang tadi mereka bicarakan. Lili sangat penasaran, namun karena takut Lili tak berani untuk bertanya ada apa sebenarnya.
      
***
       
        bel pulang berbunyi, semua murid berhamburan keluar dari kelasnya. Reno menawarkan lili pulang bersama, namun lili menolak tawaran reno karena lili pulang seperti biasa di jemput sopirnya.
        Sekian lama lili menunggu sopirnya datang, akhirnya lili berniat untuk mencari tempat yang nyaman untuk melamun. Lili juga memiliki hobby yang asik plus aneh, yaitu melamun dan menghayal sesuatu yang tidak mungkin. Disudut gedung sekolahnya terdapat tempat duduk yang diteduhi pohon yang sangat rindang. Tempat duduk itu khusus dibuat untuk murid-murid duduk sambil menikmati pertandingan basket berlangsung, karena itu tempat itu berhadapan dengan lapangan basket. Disana juga tidak terlalu jauh dari pagar sekolah, karena itu ia masih bisa melihat kalau sopirnya datang menjemput.
      ketika asik dengan dunia hayalnya, lili tidak tau ternyata seseorang sedang memantul-mantulkan bola basket dilapangan tepat dihadapannya. Ia masih tetap asik dengan dunianya sendiri, ia terus melamun hingga bola basket terpantul tepat di samping kirinya. Lili sangat kaget, ia langsung melihat kedepan. Ternyata orang yang memantulkan bola itu adalah seorang laki-laki yang tak ia kenal.
      Orang itu menatapnya dengan tatapan aneh, lalu cowok itu bertanya dengan tatapan masih sama, aneh. “lo anak baru ya?” ujar cowok itu lantang sambil memantulkan bola basketnya.
      Lili tetap diam, dia mulai merasa takut dengan cowok yang dihadapannya, ia ingin segera pergi dari tempat itu. Namun tak mungkin pikirnya, itu bukan suatu hal yang sopan.
       “eh, elo budek ya? Gue nanya sama elo. Elo anak baru ya?” kata cowok itu, nadanya mulai meninggi, mungkin cowok itu sedikit kesal karena lili mencuekin pertanyaannya.
       Lili hanya menjawab dengan sebuah gelengean, lalu ia kembali diam dan menundukan kepalanya.
      “masa si, kok gue baru liat elo kali ini. Elo kuper ya?” ejek cowok itu pada lili. Kemudian cowok itu mencoba mengeshoot dari jarak three point. Lalu bola ia lepaskan dan “bruk” masuk..cowok itu cukup mahir untuk memasukan bola ke ring basket.
      Cowok itu cukup mengesalkan, mau ngajak ngobrol tapi ngejek, tapi kalo nggak diladeni marah, anehh. Walaupun mengesalkan tapi cowok itu tetep keren dengan bola basket di tangannya, posturnya tubuhnya yang mendukung dan wajahnya yang sangat mendukung. Walaupun itu kebenarannya Lili tetap saja malas untuk menjawab pertanyaan cowok rese itu, namun dari pada tu cowok emosi terus bola basket yang ditangannya dilemparin ke dia, dia menjawab pertanyaan cowok itu dengan sopan, masih tetap sopan.  “kemarin aku sakit….” belum selesai lili menjawab, sopir lili telah melambai-lambai dari kejauhan. “maaf, aku pulang dulu yaa, sopir aku udah jemput” ujar lili lalu pergi.
     Cowok itu menatap kepergian lili dengan senyuman jail “tu anak lucu juga ya” pikir cowok itu dalam hati.

***

      Lili memasuki pagar sekolahnya dengan langkah gembira, tak seperti biasanya Lili ceria seperti ini. Mungkin mood lili lagi asik atau mungkin bintang lili lagi bawaannya seneng, happy gitu.
      Saat melewati turunan yang ada disekitar halaman koridor tengah kaki lili terpeleset di tangga turunan ke 3. “bruk” suara lili terjatuh. Kaki lili terkilir, teman-teman lili yang melihat kejadian itu langsung berlari menolong lili. Lili pun terdiam, wajahnya yang tadi ceria kini sedikit berubah. Kaki lili terasa nyeri yang begitu sakit, dan teman-teman lili langsung mengantarnya ke UKS.
      Sesampai di UKS, lili langsung berbaring dibed yang paling ujung dekat jendela. Disana ia bisa memanda pemandangan diluar. Tepat di depan perpustakaan. Lili masih merasa kakinya kesakitan, ia mengeluh kenapa tadi ia tak melihat jalan ke depan. Inilah kebiasaan lili yang sangat ceroboh, suka sekali melakukan hal yang dapat membahayakan dirinya sendiri.
      Beberapa menit di UKS sendirian, tiba-tiba ada seseorang masuk kedalam UKS dan lagi-lagi mengaketkan lili yang sedang asik melamun alias menghayal. Lagi-lagi pula orang itu adalah cowok yang menggangunya kemarin sore didekan lapangan basket. Namun kondisi cowok itu tak sama seperti kemarin, hidung cowok itu terlihat berdarah. Sepertinya hidung cowok itu terbentur sesuatu. Lili yang melihat keadaan cowok itu merasa kasihan, ia ingin menolong namun dirinya sendiri tak bisa beranjak dari tempat tidur.
      Cowok itu melirik lili dengan tatapan heran, ia terus melirik lili sehingga membuat lili salting. Lalu cowok itu mendekati jendela tepat disamping tempat lili berbaring. “elo yang kemarinkan?” ujarnya tiba-tiba.
      Lili hanya membalas pertanyaan cowok itu dengan sebuah anggukan yang menyatakan ia. Kemudian cowok itu memperhatikan kaki lili yang mulai membengkak. “kaki elo kenapa? Kemarin bukannya masih bisa lari” ujarnya sambil tersenyum jail.
      Lili ikut tersenyum, perasaannya yang tadi takut lambat laun mulai tenang.
“lili tadi terpeleset di turunan yang ada di koridor tengah” ujarnya polos.
      Cowok itu tertawa mendengar tutur perkataan lili yang sangat polos. “elo, bhasa elo kaku banget si. Pakek nyebut-nyebut nama elo segala. Lili-lili gitu. Emang nama elo lili ya?” ujarnya panjang lebar dan sedikit mengejek lili. Cowok itu tertawa lepas, lili memperhatikan cowok itu tertawa.
      Lagi-lagi lili membalas dengan sebuah anggukan. Lili benar-benar sangat tertutup dengan orang yang baru ia kenal, ia terlihat seperti anak yang sangat pendiam padahal sebenarnya ini anak sangat cerewet.
      “hahaha, lucu banget si. Dikatain nggak perna marah” ujarnya lalu ikut berbaring disebelah tempat tidur lili. Di UKS sma lili memiliki 3 tempat tidur yang cukup nyaman, fasilitas di sekolah lili juga cukup lengkap dan terawat.
      “hmm..lili boleh nanya nggak?” ujar lili pelan. Ia masih penasaran kenapa hidung cowok itu tadi berdarah.
      “nanya aja kali” ujarnya singkat lalu melihat ke arah lili.
      “hidung kamu tadi kenapa? Terbentur apa?” Tanya lili pelan.
      “oh..tadi hidung gue kena bola basket. Lumayan nyerih juga, hahhaha” ujar cowok itu lalu tertawa.
      Lili kembali terdiam dan terhanyut untuk melajutkan lamunanya yang tertunda. Kemudian diam-diam lili melihat ke arah cowok itu, ternyata cowok itu tertidur. Dan lili pun ikutan memejamkan mata, tak lama kemudian ia pun ikut tertidur.

***

     Lili terbangun dari tidurnya yang cukup lama, ternyata disambingnya sudah ada Reno yang tersenyum. Lili melihat disampingnya, ternyata tak ada lagi cowok itu.
     “nono, lili boleh nanya nggak?” ujar lili pelan namun pasti.
     “boleh, kenapa nggak li?” jawab reno sambil tersenyum.
     “tadi waktu nono masuk disini liat nggak cowok yang tidur ditempat tidur itu” kata lili sambil menunjukan temapt tidur disebalh tempat tidurnya.
     “hm..nggak deh li, tadi waktu nono kesini hanya ada lili aja. Itu pun waktu lili lagi tidur” ujar reno sambil ternyum.
     ‘ohh mungkin cowok itu telah pergi sebelum reno datang kesini’ pikir lili dalam hati.
    “li? Kok diem? Ada apa si? Emang tu cowok siapa?” ujar reno penasaran.
    “nggak kok, nggak apa-apa?”  ujar lili buru-buru. “ayo kita ke kelas, sepertinya kaki lili udah agak mendingan” sambung lili.
    “yaudah, ayo” kata reno sambil membantu lili bangkit dari temnpat tidur. Pikiran lili masih melayang dengan memikirnkan siapa cowok itu.

***

    Tak tau kenapa dipikiran lili hanya ada cowok itu dan cowok itu, lili sudah berusaha untuk bertanya-tanya pada temannya siapa cowok misturius yang sudah 2 kali ia temui. Namun tak ada yang tau dengan cirri-ciri cowok itu. Apa mungkin selama ini cowok itu hanya sebuah ilusi lili. Apa mungkin? Karena setiap kali bertemu cowok itu pasti ketika lili sedang melamun.
     Lili berjalan menuju wc disekolahnya, kali ini ia pergi sendiri tanpa ditemani oleh sahabatnya reno. Suasana disana begitu sepi, tiba-tiba lili dikagetkan kembali oleh sosok cowok itu. Cowok yang selama ini lili pikirkan dan lili cari.
     “hai, sendirian aja. Mana cowok elo?” Tanya cowok itu serius.
     “cowok? Siapa? Hmm..reno ya? Hahaha..dia bukan pacar lili” ujar lili sambil tersenyum.
     “beneran? Bohong lo!” ujarnya lalu tersenyum jail.
     Lili hanya tersenyum, lalu ia teringat untuk menanyakan siapa nama cowok itu. “eh lili boleh nanya kan?” ujar lili pelan sambil menatap cowok itu.
     “kenapa nggak?” ujar cowok itu santai.
     “nama kamu siapa? Lili boleh tau nggak?” ujar lili malu-malu.
     “nama gue? Hehehe..panggil aja gue viktor. Elo lili anak X.B kan?” ujarnya lalu menatap lili dalam-dalam.
     “iya, itu kelas lili. Kalo kamu kelas berapa?” ujar lili ragu-ragu lalu tersenyum kecil.
     “gue XII IPA E, elo junior gue tau!” ujarnya lantang.
      Kemudian lili tersentak, ternyata cowok yang dihadapannya adalah seniornya, seniornya yang tak perna ia tau.
      “eh gue ke kelas dulu ya, bye adik manis” ujarnya sambil tersenyum jail.
      Wajah lili merona ke merah-merahan. Kata “adik manis” selalu tergiang-giang di kepalanya, pikirannya pula tak hilang dari nama Viktor-viktor dan viktor.

***

      Lili memasuki kelas dengan ceria, wajahnya masih merona kemerah-merahan. Disana lili melihat reno sedang sibuk membaca buku-buku pelajarannya, dengan hobinya yang jail ia langsung mengagetkan reno. Lili ingin menceritakan hal yang baru terjadi kepadanya, ia ingin sekali bercerita banyak termasuk dengan perasaannya sekarang.
    “Nono, lili boleh cerita?” kata lili yang mengagetkan reno.
    “boleh, cerita aja?” ujar reno antusias.
    Lalu lili mulai menceritakan semua hal dari awal sampai akhir tentang pertemuannya dengan seniornya, viktor. Tanggapan reno tak seperti antusiasnya yang awal. Wajah reno langsung berubah ketika tau nama cowok itu adalah viktor anak XII IPAE dan reno bertambah kaget ketika mendengar bahwa sahabatnya itu menyukai seniornya.

***

     Lili berlari-lari kecil, ketika melewati perpustakaan kakinya terpeleset dan jatuh. “bruk” suara lili terjatuh tepat dihadapn seorang cowok. Cowok itu menatap lili dengan tatapan aneh, lalu ia mendekat.
     “elo yang namanya lili?” ujar cowok itu ragu-ragu.
     “ia, aku lili. Ada apa kak?” ujar lili pelan. Lili tau kalo dihadapannya adalah seniornya.
     “oke, gue pengen ngomongi sesuatu dengan elo” ujar cowok itu.
     Setelah sampai ditempat yang cukup nyaman untuk ngobrol cowok itu langsung menceritakan sesuatu.
     “elo kenal viktor?” ujarnya serius.
     “kak viktor, hmmm cumin tau aja” ujar lili malu-malu.
    “elo udah perna ngobrol sama dia?” ujarnya lagi dengan tatapan yang sangat serius.
    “udah beberapa kali lili ngobrol sama kak viktor, emang ada apa ya kak?” Tanya lili dengan rasa yang penasaran.
    “udah gue duga” ujar cowok itu.
    “duga apa kak?” Tanya lili semakin penasaran.
    “viktor yang selama ini elo kenal, yang elo tau sebenarnya dia udah nggak ada” ujar cowok itu pelan namun meyakinkan.
    Jantung lili berdetak kencang, perasaan lili tak karuan. Benarkah? Orang yang mulai ia sayang ternyata telah pergi untuk selamanya. Lili masih tak percaya dengan ucapan seniornya itu. Tiba-tiba air matanya turun, lilia menangis sejadi-jadinya.
    “viktor juga ada di kecelakaan itu, kecelakaan 3 bulan yang lalu” ujar cowok itu. “viktor juga yang nolongi elo, dia juga ikut tertarbak sama kayak elo. Hanya saja allah masih mengingikan elo tetap hidup di dunia ini namun viktor, ia telah pergi untuk selamanya” sambung cowok itu.
     “nggak mungkin” ujar lili dengan isak tangisnya.
     “viktor juga sempet koma, namun ia hanya bertahan 5 hari” ujar cowok itu terbata-bata. “viktor suka elo, ia suka elo semenjak elo bersekolah disini” ujarnya dengan mata yang berkaca-kaca. “ia sayang banget sama elo, dia nggak mau kehilangan elo. Dia rela kehilangan dirinya sendiri demi elo” sambung cowok itu lagi dengan air mata yang telah mebasahi pipinya.
    Cowok itu adalah sahabatnya viktor. Mereka telah bersahabat dari duduk dibangku sd, kepergian viktor membuat dimas terpukul, sangat terpukul.
    “viktor juga sempat cemburu dengan sahabat elo, reno. Viktor nggak suka kalo elo dekat dengan reno, namun itu dulu. Sebelum kecelakaan itu terjadi” ujar dimas pelan.
    Lili tengelam dalam pikirannya, ia tak percaya dengan apa yang terjadi. Lili juga baru menyadari ternyata senior yang memanggil reno kemarin-kemarin adalah kak dimas, yang tidak lain adalah ketua organisasi yang di ikuti oleh reno.
   “elo nggak usah khawatir, dia bakal tenang disana setelah elo tau ini semua” ujar dimas mantap.
   
   
 karya : Dessy dwi larasati   

2 komentar:

  1. weee, dessy jadi author we, kereen..

    BalasHapus
  2. aduh makasih banyak ya sayang, hehehe..yang karya kamu jauh lebih bagus :p

    BalasHapus